Laporan Akhir M4



1. Tujuan Perancanga [kembali]



  a) Praktikan dapat merancang sebuah sistem secara detail sehingga rancangan tersebut dapat menjadi sebuah alat.

b) Praktikan dapat mengkombinasikan berbagai sensor, akuator dan display.

c) Praktikan dapat membuat sebuah sistem menggunakan mikrokontroler.

 Merangakai alat smart Aquaponik menggunakan sensor Analog TDS dan DHT 11 menggunakan 2 bauh Arduino sebagai master dan slave yang terhubung dengan system komunikasi I2C.


2. Dafter Komponen [kembali]


    

a.Power Supply

 

gambar 1

b. Adaptor








gambar 2

c. Ground

gambar 3

 

Bahan


1.Arduino



gambar 4


2. LED

 




gambar 5

 

 

3. Resistor

          

gambar 6


 

4. Potensiometer

 






gambar 7


5. Relay

 

gambar 8


 

 

 

6. Jumper

 

gambar 9

7. Sensor DHT11


 

gambar 10


 

8. Analog TDS Sensor

                      

gambar 11


 

9. LCD

 

gambar 12


 

 

10. Pompa air DC

 

gambar 13

 

 

11. Mist Maker

 

gambar 14

 

12. DC boost converter

 

gambar 15


 

 

13. Papan PCB

 


gambar 16


3. Dasar teori [kembali]


a. Relay

Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.

Gambar Bentuk dan Simbol Relay

Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering ditemukan di Rangkaian Elektronika.

Prinsip Kerja Relay

Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar  yaitu :

  1. Electromagnet (Coil)
  2. Armature
  3. Switch Contact Point (Saklar)
  4. Spring

Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :


Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

  • Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi CLOSE (tertutup)
  • Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN (terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.

Arti Pole dan Throw pada Relay

Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan Throw yang dipakai dalam Saklar juga berlaku pada Relay. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai Istilah Pole and Throw :

  • Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay
  • Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)

Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay dapat digolongkan menjadi :

  • Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
  • Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal, 3 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
  • Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal, diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
  • Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.

Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-nya melebihi dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT (Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya.

Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw, silakan lihat gambar dibawah ini :

Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay

Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika diantaranya adalah :

  1. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)
  2. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function)
  3. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari Signal Tegangan rendah.
  4. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).

b. Sensor DHT-11     
Sensor DHT11 adalah module sensor yang berfungsi untuk mensensing objek suhu dan kelembaban yang memiliki output tegangan analog yang dapat diolah lebih lanjut menggunakan mikrokontroler. Module sensor ini tergolong kedalam elemen resistif seperti perangkat pengukur suhu seperti contohnya yaitu NTC.

Spesifikasi DHT11: 

  • Tegangan kerja = 3.3V-5V.
  • Arus maksimum = 2.5mA
  • Range pengukuran kelembaban = 20%-80%
  • Akurasi pengukuran kelembaban = 5%
  • Range pengukuran suhu = 0°C-50°C
  • Akurasi pengukuran suhu = 2°C
  • Kecepatan pengambilan sampel tidak lebih dari 1 Hz (setiap detik)
  • Ukuran = 15.5 mm x 12 mm x 5.5 mm
  • 4 pin dengan jarak 0,1 "
 Cara DHT11 mengukur kelembaban adalah dengan mendeteksi uap air dengan mengukur resistansi listrik antara dua elektroda. Komponen pendeteksi kelembaban yang digunakan adalah berupa substrat penahan kelembaban dengan elektroda.
Ketika uap air diserap oleh substrat, ion dilepaskan oleh substrat yang akan menyebabkan peningkatan terhadap konduktivitas antar elektroda. Perubahan resistansi antara kedua elektroda sebanding dengan kelembaban relatif. Kelembaban relatif yang lebih tinggi akan mengurangi resistensi antara elektroda, sementara kelembaban relatif yang lebih rendah akan meningkatkan resistensi antara elektroda.
Cara DHT11 mengukur suhu adalah dengan menggunakan sensor termistor yang terpasang di permukaan. Termistor sebenarnya adalah sebuah resistor variabel dengan resistansi yang berubah-ubah terhadap perubahan suhu.

Pinout DHT11




Kelebihan dari module sensor ini dibanding module sensor lainnya yaitu dari segi kualitas pembacaan data sensing yang lebih responsif yang memliki kecepatan dalam hal sensing objek suhu dan kelembaban, dan data yang terbaca tidak mudah terinterverensi. Sensor DHT11 pada umumya memiliki fitur kalibrasi nilai pembacaan suhu dan kelembaban yang cukup akurat. Penyimpanan data kalibrasi tersebut terdapat pada memori program OTP yang disebut juga dengan nama koefisien kalibrasi.Sensor ini memiliki 4 kaki pin, dan terdapat juga sensor DHT11 dengan breakout PCB yang terdapat hanya memilik 3 kaki pin.




C. Inter Integrated Circuit (I2C)


Inter Integrated Circuit atau sering disebut I2C adalah standar komunikasi serial dua arah menggunakan dua saluran yang didisain khusus untuk mengirim maupun menerima data. Sistem I2C terdiri dari saluran SCL (Serial Clock) dan SDA (Serial Data) yang membawa informasi data antara I2C dengan pengontrolnya. 

Cara Kerja Komunikasi I2C



Pada I2C, data ditransfer dalam bentuk message yang terdiri dari kondisi start, Address Frame, R/W bit, ACK/NACK bit, Data Frame 1, Data Frame 2,  dan kondisi Stop.
Kondisi start dimana saat pada SDA beralih dari logika high ke low sebelum SCL.
Kondisi stop dimana saat pada SDA beralih dari logika low ke high sebelum SCL.
R/W bit berfungsi untuk menentukan apakah master mengirim data ke slave atau meminta data dari slave. (logika 0 = mengirim data ke slave, logika 1 = meminta data dari slave)

ACK/NACK bit berfungsi sebagai pemberi kabar jika data frame ataupun address frame telah diterima receiver.

D. ARDUINO
Arduino adalah kit elektronik atau papan rangkaian elektronik open source yang di dalamnya terdapat komponen utama yaitu sebuah chip mikrokontroler dengan jenis AVR dari perusahaan Atmel. Arduino yang kita gunakan dalam praktikum ini adalah Arduino Uno yang menggunakan chip AVR ATmega 328P. Dalam memprogram Arduino, kita bisa menggunakan komunikasi serial agar Arduino dapat berhubungan dengan komputer ataupun perangkat lain.
Adapun spesifikasi dari Arduino Uno ini adalah sebagai berikut :



Microcontroller                                           ATmega328P
Operating Voltage                                      5 V
Input Voltage (recommended)                   7 – 12 V
Input Voltage (limit)                                  6 – 20 V
Digital I/O Pins                                          14 (of which 6 provide PWM output)
PWM Digital I/O Pins                                6
Analog Input Pins                                       6
DC Current per I/O Pin                              20 mA
DC Current for 3.3V Pin                            50 mA
Flash Memory                                            32 KB of which 0.5 KB used by bootloader
SRAM                                                        2 KB
EEPROM                                                   1 KB
Clock Speed                                               16 MHz

BAGIAN-BAGIAN ARDUINO UNO


POWER USB
Digunakan untuk menghubungkan Papan Arduino dengan komputer lewat koneksi USB.

POWER JACK
Supply atau sumber listrik untuk Arduino dengan tipe Jack. Input DC 5 - 12 V.

Crystal Oscillator
Kristal ini digunakan sebagai layaknya detak jantung pada Arduino.
Jumlah cetak menunjukkan 16000 atau 16000 kHz, atau 16 MHz.

Reset
Digunakan untuk mengulang program Arduino dari awal atau Reset.

Digital Pins I / O
Papan Arduino UNO memiliki 14 Digital Pin. Berfungsi untuk memberikan nilai logika ( 0 atau 1 ). Pin berlabel " ~ " adalah pin-pin PWM ( Pulse Width Modulation ) yang dapat digunakan untuk menghasilkan PWM.

Analog Pins
Papan Arduino UNO memiliki 6 pin analog A0 sampai A5. Digunakan untuk membaca sinyal atau sensor analog seperti sensor jarak, suhu dsb, dan mengubahnya menjadi nilai digital.

LED Power Indicator
Lampu ini akan menyala dan menandakan Papan Arduino mendapatkan supply listrik dengan baik.

E. LED

  LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.

LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).

Cara kerja LED (Light Emitting Diode)

Cara kerja LED (Light Emitting Diode)

F. Resistor


Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit Elektronik. Boleh dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada Resistor. Tetapi banyak diantara kita yang bekerja di perusahaan perakitan Elektronik maupun yang menggunakan peralatan Elektronik tersebut tidak mengetahui cara membaca kode warna ataupun kode angka yang ada ditubuh Resistor itu sendiri.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.

Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :

Tabel Kode Warna Resistor
Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :


Cara menghitung nilai resistor 4 gelang

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.

Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :

Cara Menghitung Nilai Resistor 5 Gelang Warna

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.

 Contoh-contoh perhitungan lainnya :

Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :
2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

G. Potensiometer

Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar dibawah ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan Simbolnya.

Jenis-jenis Potensiometer

Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

  1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk menggeser wiper-nya.
  2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan Thumbwheel Potentiometer.
  3. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan harus menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan pengaturannya.

Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer

Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi sebuah Potensiometer.

Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).

Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).

Fungsi-fungsi Potensiometer

Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :

  1. Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.
  2. Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
  3. Sebagai Pembagi Tegangan
  4. Aplikasi Switch TRIAC
  5. Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
  6. Sebagai Pengendali Level Sinyal

h. Jumper

 kabel jumper adalah kabel elektrik yang memiliki pin konektor di setiap ujungnya dan memungkinkanmu untuk menghubungkan dua komponen yang melibatkan Arduino tanpa memerlukan solder. Biasanya kabel jamper digunakan pada breadboard atau alat prototyping lainnya agar lebih mudah untuk mengutak-atik rangkaian.

 Konektor yang ada pada ujung kabel terdiri atas dua jenis yaitu konektor jantan (male connector) dan konektor betina (female connector).Konektor jantan fungsinya untuk menusuk dan konektor betina fungsinya untuk ditusuk.

 Jenis jenis kabel jumper yang paling umum adalah sebagai berikut:

1.Kabel Jumper Male to Male


Jenis yang pertama adalah kabel jumper male male. Kabel jumper male to male adalah adalah jenis yang sangat yang sangat cocok untuk kamu yang mau membuat rangkaian elektronik di breadboard.

2. Kabel Jumper Male to Female


Kabel jumper male female memiliki ujung konektor yang berbeda pada tiap ujungnya,yaitu male dan female.Biasanya kabel ini digunakan untuk menghubungkan komponen elektronika selain Arduino ke breadboard

3.Kabel Jumper Female to Female



i. Analog TDS Sensor


Merupakan sensor kompatibel Arduino yang digunkan untuk mengukur kadar TDS (Total Dissolve Solid ) pada air. TDS sendiri merupakan kadar konsentrasi objek solid yang terlarut dalam air. Semakin tinggi nilai TDS nya maka semakin keruh airnya, begitupun sebaliknya. Semakin rendah nilai TDS nya maka semakin jernih pula air tersebut.

Dengan Analog TDS Sensor/Meter for Arduino, Anda bisa membuat sendiri TDS meter di rumah menggunkan Arduino atau mikrokontroler sejenis.Sensor ini mendukung input tegangan antara 3.3 - 5V, serta output tegangan analog yang dihasilkan berkisar pada 0 - 2.3V. Sangat cocok untuk aplikasi manajemen kualitas air, hidroponik, dsb.

Spesifikasi:

- Tegangan Input: 3.3 ~ 5.5V

- Tegangan Output: 0 ~ 2.3V

- Arus Kerja: 3 ~ 6mA

- Pengukuran TDS: 0 ~ 1000ppm

- Akurasi: ± 10% F.S. (25°C)

- Dimensi Modul: 42 x 32 mm

- Pajang Probe 83 cm

- Tipe Output: Tegangan Analog

j. LCD

LCD 16×2 (Liquid Crystal Display) merupakan modul penampil data yang mepergunakan kristal cair sebagai bahan untuk penampil data yang berupa tulisan maupun gambar. Pengaplikasian pada kehidupan sehari – hari yang mudah dijumpai antara lain pada kalkulator, gamebot, televisi, atau pun layar komputer.

Adapun fitur – fitur yang tersedia antara lain

         Terdiri dari 16 kolom dan 2 baris

         Dilengkapi dengan back light

         Mempunyai 192 karakter tersimpan

         Dapat dialamati dengan mode 4-bit dan 8-bit

         Terdapat karakter generator terprogram

Secara garis besar komponen penyusun LCD terdiri dari kristal cair (liquid crystal) yang diapit oleh 2 buah elektroda transparan dan 2 buah filter polarisasi (polarizing filter).


Keterangan:

1. Film dengan polarizing filter vertical untuk memolarisasi cahaya yang masuk.

2. Glass substrate yang berisi kolom-kolom elektroda Indium tin oxide (ITO).

3. Twisted nematic liquid crystal (kristal cair dengan susunan terpilin).

4. Glass substrate yang berisi baris-baris elektroda Indium tin oxide (ITO).

5. Film dengan polarizing filter horizontal untuk memolarisasi cahaya yang masuk.

6. Reflektor cahaya untuk memantulkan cahaya yang masuk LCD kembali ke mata pengamat.

 

Sebuah citra dibentuk dengan mengombinasikan kondisi nyala dan mati dari pixel-pixel yang menyusun layar sebuah LCD. Pada umumnya LCD yang dijual di pasaran sudah memiliki integrated circuit tersendiri sehingga para pemakai dapat mengontrol tampilan LCD dengan mudah dengan menggunakan mikrokontroler untuk mengirimkan data melalui pin-pin input yang sudah tersedia.


Keterangan :

1.      GND : catu daya 0Vdc

2.      VCC : catu daya positif

3.      Constrate : untuk kontras tulisan pada LCD

4.      RS atau Register Select :

         High : untuk mengirim data

         Low : untuk mengirim instruksi

5.      R/W atau Read/Write

         High : mengirim data

         Low : mengirim instruksi

         Disambungkan dengan LOW untuk pengiriman data ke layar

6.      E (enable) : untuk mengontrol ke LCD ketika bernilai LOW, LCD tidak dapat diakses

7.      D0 – D7 = Data Bus 0 – 7

8.      Backlight + : disambungkan ke VCC untuk menyalakan lampu latar

9.      Backlight – : disambungkan ke GND untuk menyalakan lampu latar


k. Pompa air DC


Menggunaka pompa air celup (Submersible) yang menggunakan masukan arus dc sebesar  3-6V.

Spesifikasi produk :

         Nama : Pompa Celup Mini

         Tegangan kerja : 3-6V

         Debit : 100L / jam

         Diameter lubang keluaran : 7.5mm


l. Mist Maker


Mist Maker / Mesin Kabut adalah alat yang dapat mengubah air biasa menjadi awan kabut seperti dinginnya es yang biasa terlihat pada biang es. Dengan proses ultrasonic atomization, air diubah menjadi kabut tapi tidak menguap ke atas. Pada alat ini  menggunakan Tegangan: 24V DC,dengan arus sebesar 800mA.

m. Papan PCB



PCB adalah singkatan dari Printed Circuit Board yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan menjadi Papan Rangkaian Cetak atau Papan Sirkuit Cetak. Seperti namanya yaitu Papan Rangkaian Tercetak (Printed Circuit Board), PCB adalah Papan yang digunakan untuk menghubungkan komponen-komponen Elektronika dengan lapisan jalur konduktornya.


Substrat (Lapisan Landasan)

Lapisan dasar (landasan) PCB biasanya disebut dengan Substrat. Bahan Substrat yang paling umum digunakan adalah FR2 dan FR4. FR2 atau Flame Resistant 2 adalah kertas bonding resin sintetis (synthetic resin bonded paper) yaitu bahan komposit yang terbuat dari kertas yang diresapi dengan resin plastik formaldehida fenol (plasticized phenol formaldehyde resin). Sedangkan FR4 atau Flame Resistant 4 adalah anyaman Fiberglas yang dilapisi dengan resin epoksi (epoxy resin). FR4 memiliki daya serap air yang rendah, properti isolasi yang bagus serta tahan suhu panas hingga 140 derajat celcius. Namun, PCB yang berbahan FR4 lebih mahal jika dibandingkan dengan PCB yang berbahan FR2.

Tembaga (Copper)

Lapisan PCB berikutnya adalah lapisan tembaga tipis yang dilaminasi ke lapisan substrat dengan suhu tinggi tertentu dan perekat. Tergantung pada jenis PCB-nya, lapisan tembaga tipis ini hanya akan dilapisi pada satu sisi substrat untuk jenis Single Sided PCB. Sedangkan Double Sided PCB terdapat lapisan tembaga tipis di dua sisi Substrat. Seiring dengan perkembangan Teknologi manufakturing PCB saat ini, PCB telah dapat dibuat hingga 16 lapisan atau bahkan lebih dari 16 lapisan tergantung pada perancangan PCB dan rangkaian yang diinginkan.

Soldermask

Soldermask adalah lapisan diatas lapisan tembaga yang berfungsi melindungi tembaga atau jalur konduktor dari hubungan atau kontak yang tidak disengaja. Lapisan soldermask ini hanya terdapat pada bagian-bagian PCB yang tidak disolder, sedangkan bagian yang akan disolder tidak ditutupi oleh lapisan soldermask. Lapisan soldermask ini juga dapat membantu para pengguna PCB untuk menyolder tepat pada tempatnya sehingga mencegah solder short (hubung singkat solder). Lapisan soldermask ini biasanya berwarna hijau, namun ada juga yang berwarna lain seperti warna biru dan merah.

Silkscreen

Lapisan setelah soldermask adalah lapisan silkscreen yang biasanya berwarna putih atau hitam. Namun ada juga silkscreen yang berwarna lain seperti warna abu-abu, warna merah dan bahkan ada berwarna kuning keemasan. Silkscreen merupakan cetakan huruf, angka dan simbol pada PCB. Silkscreen ini berfungsi sebagai tanda atau indikator untuk komponen-komponen elektronika pada PCB sehingga mempermudah orang dalam merakitnya.


n.DC boost converter

DC-BUS adalah teknologi untuk komunikasi yang andal dan ekonomis melalui saluran listrik DC atau AC yang bising. DC-BUS mengubah data input digital menjadi sinyal termodulasi fase, terlindung dari kesalahan yang dihasilkan oleh kebisingan melalui saluran listrik. Berfungsi sebagai step up atau peningkat tegangan. Daya untuk konverter boost dapat berasal dari sumber DC yang sesuai, seperti baterai, panel surya, penyearah, dan generator DC. Proses yang mengubah satu tegangan DC menjadi tegangan DC yang berbeda disebut konversi DC ke DC. Boost converter adalah konverter DC ke DC dengan tegangan keluaran lebih besar dari tegangan sumber. Konverter boost kadang-kadang disebut konverter step-up karena "menaikkan" tegangan sumber. 

Prinsip utama yang menggerakkan konverter boost adalah kecenderungan induktor untuk menahan perubahan arus baik dengan menambah atau mengurangi energi yang tersimpan dalam medan magnet induktor. Pada konverter boost, tegangan output selalu lebih tinggi dari tegangan input. Skema tahap daya boost ditunjukkan pada Gambar dibawah.


Ketika sakelar ditutup (on-state), arus mengalir melalui induktor searah jarum jam dan induktor menyimpan sejumlah energi dengan membangkitkan medan magnet. Polaritas sisi kiri induktor adalah positif.

Ketika sakelar dibuka (keadaan mati), arus akan berkurang karena impedansinya lebih tinggi. Medan magnet yang dibuat sebelumnya akan dikurangi energinya untuk mempertahankan arus menuju beban. Dengan demikian polaritas akan terbalik (artinya sisi kiri induktor akan menjadi negatif). Akibatnya, dua sumber akan dirangkai secara seri menyebabkan tegangan yang lebih tinggi untuk mengisi kapasitor melalui dioda D.


Jika sakelar disikluskan dengan cukup cepat, induktor tidak akan melepaskan daya sepenuhnya di antara tahap pengisian, dan beban akan selalu melihat tegangan yang lebih besar daripada tegangan sumber input saja saat sakelar dibuka. Juga saat sakelar dibuka, kapasitor secara paralel dengan beban dibebankan ke tegangan gabungan ini. Ketika sakelar kemudian ditutup dan sisi kanan dihubungsingkatkan dari sisi kiri, oleh karena itu kapasitor mampu memberikan tegangan dan energi ke beban. Selama waktu ini, dioda pemblokiran mencegah kapasitor dari pemakaian melalui sakelar. Sakelar tentu saja harus dibuka kembali cukup cepat untuk mencegah kapasitor dari pemakaian terlalu banyak.





4. Rangkaian Simulasi [kembali]




 


5. Listing Program dan Flowchart [kembali]



Listing Program
 
Master

#include <Wire.h>

#define MASTER_ADDR 9

 

#include <DHT.h>

#define DHTPIN 13

#define DHTTYPE DHT11       // DHT11 sensor is used

DHT dht(DHTPIN, DHTTYPE);   // Initialize DHT library

 

#include <OneWire.h>

#include <DallasTemperature.h>

#define ONE_WIRE_BUS 7

OneWire oneWire(ONE_WIRE_BUS);

DallasTemperature sensors(&oneWire);

 

#include <EEPROM.h>

#include "GravityTDS.h"

#define TdsSensorPin A1

GravityTDS gravityTds;

float temperature = 25,tdsValue = 0;

 

 

void setup() {

  Wire.begin();

  dht.begin();

  sensors.begin();

  gravityTds.setPin(TdsSensorPin);

  gravityTds.setAref(5.0);  //reference voltage on ADC, default 5.0V on Arduino UNO

  gravityTds.setAdcRange(1024);  //1024 for 10bit ADC;4096 for 12bit ADC

  gravityTds.begin();

}

 

void loop() {

  delay(100);

  byte RH = dht.readHumidity();

  byte Temp = dht.readTemperature();

  sensors.setResolution(10);

  sensors.requestTemperatures();

  byte Watertemp = sensors.getTempCByIndex(0);

 

  gravityTds.setTemperature(sensors.getTempCByIndex(0));  // set the temperature and execute temperature compensation

  gravityTds.update();  //sample and calculate

  tdsValue = gravityTds.getTdsValue();  // then get the value

  byte TDS = tdsValue;

 

  Wire.beginTransmission(MASTER_ADDR);

  Wire.write(RH);

  Wire.write(Temp);

  Wire.write(Watertemp);

  Wire.write(TDS);

  Wire.endTransmission();

}

Slave

#include <LiquidCrystal.h>

#include <Wire.h>

#define SLAVE_ADDR 9

#define OUTPUT1 10

#define OUTPUT2 11

#define LED1 6

#define LED2 7

#define LED3 8

#define LED4 9

 

LiquidCrystal lcd(5, 4, 3, 2, 1, 0);

 

char temperature[] = "Temp = 00.0 C  ";

char humidity[]    = "RH   = 00.0 %  ";

char wtemperature[]= "WTemp= 00.0 C  ";

char tds[]         = "TDS  = 000.0 ppm";

 

byte RH;

byte Temp;

byte Watertemp;

byte tdsValue;

 

void setup() {

  Wire.begin(SLAVE_ADDR);

  Wire.onReceive(receiveEvent);

 

  lcd.begin(16, 2);

  pinMode(OUTPUT1, OUTPUT);

  pinMode(OUTPUT2, OUTPUT);

  pinMode(LED1, OUTPUT);

  pinMode(LED2, OUTPUT);

  pinMode(LED3, OUTPUT);

  pinMode(LED4, OUTPUT);

 

  lcd.clear();

  lcd.setCursor(0, 0);

  lcd.print("SMART AQUAPONIC");

  lcd.setCursor(0, 1);

  lcd.print("    Kelompok 9   ");

  delay(5000);

}

 

void receiveEvent(){

  RH = Wire.read();

  Temp = Wire.read();

  Watertemp = Wire.read();

  tdsValue = Wire.read();

}

 

void showLCD(){

  lcd.clear();

  lcd.setCursor(0, 0);

  lcd.print(temperature);

  lcd.setCursor(0, 1);

  lcd.print(humidity);

  delay(3000);

  lcd.clear();

  lcd.setCursor(0, 0);

  lcd.print(wtemperature);

  lcd.setCursor(0, 1);

  lcd.print(tds);

  delay(3000);

}

 

void outputState(){

  if(RH < 60 || Temp > 33){

    digitalWrite(OUTPUT1, LOW);

    digitalWrite(LED1, HIGH);

    digitalWrite(LED2, LOW);

  }else{

    digitalWrite(OUTPUT1, HIGH);

    digitalWrite(LED1, LOW);

    digitalWrite(LED2, HIGH);

  }

 

  if(tdsValue > 200){

    digitalWrite(OUTPUT2, LOW);

    digitalWrite(LED3, HIGH);

    digitalWrite(LED4, LOW);

  }else{

    digitalWrite(OUTPUT2, HIGH);

    digitalWrite(LED3, LOW);

    digitalWrite(LED4, HIGH);

  }

}

 

void loop() {

  temperature[7]     = Temp / 10 + 48;

  temperature[8]     = Temp % 10 + 48;

  temperature[11]    = 223;

 

  humidity[7]        = RH / 10 + 48;

  humidity[8]        = RH % 10 + 48;

 

  wtemperature[7]    = Watertemp / 10 + 48;

  wtemperature[8]    = Watertemp % 10 + 48;

  wtemperature[11]   = 223;

 

  if(tdsValue < 100){

    tds[7]             = tdsValue / 10 + 48;

    tds[8]             = tdsValue % 10 + 48;

  }else{

    tds[7]             = tdsValue / 100 + 48;

    tds[8]             = tdsValue / 100 + 48;

    tds[9]             = tdsValue % 10 + 48;

  }

 

  outputState();

  showLCD();

}

    

 





6. Video [kembali]


a. Video penjelasan komponen





b. Video penjelasan rangkain



c. Video penjalasan pogram




d. Video demo projek

                                            


e. Video pratikum

                                             


7. Hardware [kembali]

a. Tampak Atas


b. Tampak Depan

 




 


 



8. Analisa [kembali]


Smart aquaponik  adalah suatu sistem yang berfungsi untuk membudidayakan tanaman sekaligus membudidahakan ikan dngan pemanfaatan teknologi mikrokontroler dan mikroprosesor. Budidaya tanaman dan ikan ini menggunkan air sebagai media utamanya, yang mana system yang dirancang pada percobaan ini berfokus pada tingkat temperature air dan kelembapan udara diseitar tanaman dan ikan budidaya. Dengan adanya pemanfaatan system smart aquaponik ini diharapkan nantinya dapat menghemat dan pengeefisiensi lahan budidaya dan yang terutama pelaksanaan budidaya baik ikan maupun tanaman dapat lebih praktis serta mengurangi pekerjaan yang berat bagi para petani.

Alat ini menggunkan dua buah Arduino ( master dan slave), Pompa air, mist maker, LCD, LED, resistor, potensiometer, rellay, bus DC, sensor DHT11 dan sensor analog TDS. Cara kerja dari alat ini adalah ketika sensor DHT11 mendeteksi suhu disekitarnya melebihi dari 33°C ( tingkat suhu dapat dikondisikan sesuai keinginan pada program Arduino) maka mist maker akan aktif dan akan menciptankan uap supaya kelembapan suhu disekitarnya dapat turun menjadi suhu normal kembali. Ketika sensor TDS mendeteksi tingkat TDS pada air melebihi 200 ppm( nilainya dapat disesuaikan pada program Arduino) maka pompa air akan menyala untuk menambah air yabfg baru kedalam system saluran perairan smart aquiponik. Hal ini bertujuan untuk menurunkan ingkat TDS pada air karena tanman dan ikan tidak dapat bertahan pada air yang memiliki tingkat TDS terlalu tinggi. Untuk mengetahui tingkat temperature, kelembapan udara dan tingkat TDS air dapat dilihat pada layar LCD.

Sensor TDS dan DHT 11 terhubung kepada Arduino master. LCD, LED dan relay terhubung kepada Arduino Slave. LED disini digunakan sebagai indikator untuk memberi tahu secara csepat bahwa system smart aquaponik ini dalam keaadan normal ataupun tidak. Ketika lampu LED berwarna hijau menyala ini berati air dan kelembapan suhu dalam system aqua  phonic dalam keadaan aman. Namun ketika LED berwarna merah menyala ini menandakan salah satu dari air atau kelembapan  udara maupun keduanya ada yang tidak normal dan tidak baik untuk tanaman maupun ikan.

Arduino master dan slave dihbungkan dengan memanfaatkan komonikasi I2C. yang mana apabila kondisi kelembapan air kurang dari batas yang ditentukan, maka mist maker akan bekerja dan mengeluarkan embun agar kelembapan dapat normal kembali. Dan ketika tingkat TDS air melbihi batas yang ditentukan maka pompa air akan menyala supaya air yang baru ditambhkan kedalam system smart aquaphonik ini.



9. Kesimpulan [kembali]


   Smart Aquaponik adalah sistem untuk membudidayakan tanamanan dengan media air dan sekaligus menggunakan media air tersebut sebagai media budidaya ikan., dimana air disini digunakan sebagai habitat bagi ikan untuk hidup sekaligus menjadi sumber nutrisi bagi tanaman dari sisa kotoran maupun pakan ikan yang terlarut di dalam air. Untuk menyempurnakan sistem tersebut, dibutuhkan sebuah sistem embedded aquaponic pintar (smart aquaponic) yang sudah dikembangkan yang dapat me-monitoring kadar ph air.


10. Link Download [kembali]



HTML

0 komentar:

Posting Komentar